Mungkin akan menjadi sedikit norak ketika saya menulis tentang
pengalaman saya bertemu seorang musisi terkenal. Tapi yasudahlah, saya memang
norak tapi tenang saya akan berusaha untuk menuliskannya dengan kalimat yang
elegan. Ini bukan menulis musik sih judulnya. Hahaha.
Dalam tulisan ini, seluruhnya saya akan ceritakan pengalaman saya bertemu Robi Navicula. Pertama kali saya bertemu Robi Navicula di pintu kedatangan
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Saya dengan sangat antusias sengaja
menawarkan diri untuk menjemputnya karena dari semua line up musisi
yang akan tampil di acara X, cuma Robi Navicula yang menarik perhatian saya.
Bukan karena saya salah satu anggota groupiesnya, bukan. Kesediaan saya
justru karena ketidak tahuan saya. Beberapa hari sebelum mengiyakan prosesi
penjemputan ini, saya cari tahu mengenai beliau melalui Google. Jujur, saya
tahu ada sebuah band dari bali bernama Navicula, tapi saya tidak tahu betul
siapa saja personilnya. Kecuali Dadang yang lebih tenar dengan Dialog Dini
Hari.
Keyword Navicula menjadi
bekal saya untuk mempersiapkan bahan obrolan dengan gitaris nyentrik ini.
Mulanya saya pikir saya akan menghadapi musisi rock yang
gondrong dan urakan. Namun, jauh dari dugaan saya, Bli Robi
ternyata tidak gondrong dan cenderung kalem.
Sempat bingung memikirkan bahan obrolan, mau sotoy nyanyi
lagu Mafia Hukum nanti malah dia jijik. Akhirnya, kalimat
pertama yang saya keluarkan ketika bertemu pertama kali adalah, “Kok nggak
gondrong lagi?”. Sok akrab memang, berlagak seperti fans sejati
yang sudah kenal beberapa tahun. Padahal mah apa.. Setelah
jemput, ini apa-apa urusan Bli Robi jadi ke saya. Saya dijebak
menjadi LO. Baiklah, freelancer rangkap kerjaan sudah biasya.
Menjelang acara ya biasalah ya, check sound dan
lain-lain. Tibalah di acara inti, saya mengerjakan pekerjaan yang lain sembari
memastikan kalau musisi saya datang tepat waktu. Belakangan saya merasa kalau
saya terlalu bawel dan posesif sama musisi saya. Belum, belum sampai jadi baper.
Ba bi bu be bo. Acara selesai. Honestly, saya adalah
orang yang paling males sedunia kalau dimintai tolong untuk menjadi fotografer
dadakan buat teman-teman saya yang pengen banget foto sama artis. Apalagi temen
yang nggak tau-tau banget siapa orang yang mau diajak foto. Sorry
to say, Rieke. Karena kamu, jadilah niat awal untuk mengucapkan terimakasih
kepada Bli Robi urung saya lakukan.
Setelah sesi foto teman saya berakhir, pertama kali seumur hidup,
saya berani minta foto bareng sama musisi yang sebenernya nggak begitu
saya kenal juga. Terjilatlah ludah saya sendiri. Bukan apa-apa, dari attitudenya
saya punya feeling kalau orang ini adalah sesuatu. Sebenarnya
Bhaga, salah satu teman saya, sih yang bilang kalau Bli Robi ini adalah satu
rock star keren. Saya tidak akan sekalipun meragukan kata Bhaga kalau urusan rock
star walaupun pada dasarnya Bhaga adalah anak punk.
Dugaan saya tidak meleset, beberapa hari setelah acara saya coba
cari tahu ternyata benar adanya beliau adalah sesuatu. Beliau adalah seorang
petani kopi dan aktivis lingkungan. Dua hal keren yang sampai sekarang belum
bisa saya lakukan. Berserah diri kepada alam dengan mengolah dan
memperjuangkannya. Mungkin tulisan ini akan berakhir menggantung karena banyak detail yang
bingung akan saya sisipkan di mana. Seburuk apapun tulisan ini, yang jelas saya
bahagia karena tanpa saya duga, Bli Robi menyambut dengan baik
ajakan berfoto saya. Bahagia sesederhana itu ya?
Rolling Stones Cafe, Kemang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar