Kamis, 17 September 2015

Menulis Musik: Foto Pertama Bersama Rock Star

Mungkin akan menjadi sedikit norak ketika saya menulis tentang pengalaman saya bertemu seorang musisi terkenal. Tapi yasudahlah, saya memang norak tapi tenang saya akan berusaha untuk menuliskannya dengan kalimat yang elegan. Ini bukan menulis musik sih judulnya. Hahaha.

Dalam tulisan ini, seluruhnya saya akan ceritakan pengalaman saya bertemu Robi Navicula. Pertama kali saya bertemu Robi Navicula di pintu kedatangan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Saya dengan sangat antusias sengaja menawarkan diri untuk menjemputnya karena dari semua line up musisi yang akan tampil di acara X, cuma Robi Navicula yang menarik perhatian saya. Bukan karena saya salah satu anggota groupiesnya, bukan. Kesediaan saya justru karena ketidak tahuan saya. Beberapa hari sebelum mengiyakan prosesi penjemputan ini, saya cari tahu mengenai beliau melalui Google. Jujur, saya tahu ada sebuah band dari bali bernama Navicula, tapi saya tidak tahu betul siapa saja personilnya. Kecuali Dadang yang lebih tenar dengan Dialog Dini Hari.

Keyword Navicula menjadi bekal saya untuk mempersiapkan bahan obrolan dengan gitaris nyentrik ini. Mulanya saya pikir saya akan menghadapi musisi rock yang gondrong dan urakan. Namun, jauh dari dugaan saya, Bli Robi ternyata tidak gondrong dan cenderung kalem. 

Sempat bingung memikirkan bahan obrolan, mau sotoy nyanyi lagu Mafia Hukum nanti malah dia jijik. Akhirnya, kalimat pertama yang saya keluarkan ketika bertemu pertama kali adalah, “Kok nggak gondrong lagi?”. Sok akrab memang, berlagak seperti fans sejati yang sudah kenal beberapa tahun. Padahal mah apa.. Setelah jemput, ini apa-apa urusan Bli Robi jadi ke saya. Saya dijebak menjadi LO. Baiklah, freelancer rangkap kerjaan sudah biasya.

Menjelang acara ya biasalah ya, check sound dan lain-lain. Tibalah di acara inti, saya mengerjakan pekerjaan yang lain sembari memastikan kalau musisi saya datang tepat waktu. Belakangan saya merasa kalau saya terlalu bawel dan posesif sama musisi saya. Belum, belum sampai jadi baper.

Ba bi bu be bo. Acara selesai. Honestly, saya adalah orang yang paling males sedunia kalau dimintai tolong untuk menjadi fotografer dadakan buat teman-teman saya yang pengen banget foto sama artis. Apalagi temen yang nggak tau-tau banget siapa orang yang mau diajak foto. Sorry to say, Rieke. Karena kamu, jadilah niat awal untuk mengucapkan terimakasih kepada Bli Robi urung saya lakukan.

Setelah sesi foto teman saya berakhir, pertama kali seumur hidup, saya berani minta foto bareng sama musisi yang sebenernya nggak begitu saya kenal juga. Terjilatlah ludah saya sendiri. Bukan apa-apa, dari attitudenya saya punya feeling kalau orang ini adalah sesuatu. Sebenarnya Bhaga, salah satu teman saya, sih yang bilang kalau Bli Robi ini adalah satu rock star keren. Saya tidak akan sekalipun meragukan kata Bhaga kalau urusan rock star walaupun pada dasarnya Bhaga adalah anak punk.

Dugaan saya tidak meleset, beberapa hari setelah acara saya coba cari tahu ternyata benar adanya beliau adalah sesuatu. Beliau adalah seorang petani kopi dan aktivis lingkungan. Dua hal keren yang sampai sekarang belum bisa saya lakukan. Berserah diri kepada alam dengan mengolah dan memperjuangkannya. Mungkin tulisan ini akan berakhir menggantung karena banyak detail yang bingung akan saya sisipkan di mana. Seburuk apapun tulisan ini, yang jelas saya bahagia karena tanpa saya duga, Bli Robi menyambut dengan baik ajakan berfoto saya. Bahagia sesederhana itu ya?

Rolling Stones Cafe, Kemang



Sukoharjo
17 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar