Saya mengenal Efek Rumah Kaca (ERK) semenjak kelas 2 SMA,
kala itu kakak sepupu perempuan saya, yang sudah duduk di bangku kuliah,
mengatakan kalau lagu dari band ini bagus. Lagu ERK yang pertama kali dia
perdengarkan kepada saya adalah Desember dari album Kamar Gelap (2007).
Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember
Di
bulan Desember..
Benar, liriknya berbeda dengan lagu-lagu yang dibawakan
band-band Indonesia kebanyakan. Yang kala itu suka bicara tentang cinta tapi ya
begitu deh, nggak ada manis-manisnya. Setelah perkenalan itu, saya masih merasa
biasa saja terhadap Cholil dan kawan-kawan. Mungkin karena mau UN. Atau galau. Ya biasalah, ABG. Lalu.. pada suatu sore sepulang sekolah saya menyalakan
televisi. Alhamdulillah, kala itu masih ada MTV di sisa-sisa kejayaannya. Entah
MTV Ampuh atau program MTV apa saya lupa, diputarlah lagu Kenakalan Remaja di
Era Informatika. Yap, lagu baru ERK kala itu yang masuk dalam album Efek Rumah
Kaca yang kalau tidak salah release setahun setelah album Kamar Gelap.
Semenjak itu, rasa penasaran saya timbul. Band begini laku
di TV?
Saya cari tahu dan coba mengunduh beberapa lagu ERK. Di warnet. Lewat 4-shared. Sebagian Bees Mp3. Dan Stafaband. Entah dari portal mana lagi, yang jelas waktu itu
saya download per satu lagu. Beberapa jam di warnet, saya berhasil mengumpulkan
beberapa lagu. Kompilasi dari dua album yang sampai sekarang bikin saya bingung lagu A sebenarnya masuk di album yang
mana. Lagu B masuk yang mana. Iya, karena ngunduhnya awut-awutan. Beruntung walaupun semrawut, saya punya inisiatif ngunduh dari internet. Beberapa hari setelah ngunduh, saya coba nantikan kembali Mas Cholil di MTV hasilnya sudah nihil.
Sebagian besar lagu yang saya unduh kemudian menjadi lagu
favorit dan bertahan sampai sekarang. Namun, ada satu lagu yang menurut saya
misterius. Tiap kali saya mendengarkannya, saya selalu berfikir “Asu! Mas
Cholil ini ngomong apa sih?”. Lagu yang bikin saya nggak doyan makan makanan basi itu adalah Jatuh Cinta Itu
Biasa Saja. Jeng jeng..
Sebagai remaja 17 tahun yang sedang lucu-lucunya waktu itu saya sempat tidak setuju dengan
lirik yang dilantunkan Cholil. Jatuh cinta itu bukan hal biasa. Apalagi bagi
gadis biasa-biasa saja seperti saya, yang disuit-suitin mas-mas di perempatan
aja jarang. Menurut saya, Cholil terlalu sombong. Ganteng enggak, beken
enggak tapi bisa menyimpulkan kalau jatuh cinta itu biasa saja? Jancuk. Tahun demi tahun pencarian saya lakukan. Niatnya tahun
demi tahun namun baru beberapa bulan sudah teralihkan sama euphoria
perkuliahan. Pencarian saya terhenti. Hehe. Ngomong-omong, ketika kuliah banyak teman yang ternyata sama-sama suka
Efek Rumah Kaca. Namun, tidak pernah terjadi obrolan serius mengenai makna
lirik yang mereka bawakan. Kami lebih sibuk sing along kalau dengar
lagu-lagunya.
Lulus kuliah, saya mengenal seorang Sagitarian yang waktu
itu masih enak diajak ngobrol. Suatu ketika dalam obrolan, kami bahas satu lagu Efek
Rumah Kaca yang ternyata sama-sama membuat kami bingung. Jatuh Cinta Itu Biasa
Saja. Dari sana saya menemukan sudut pandang lain yang intinya jatuh cinta memang sangat
biasa saja. Semua orang bisa merasakan jatuh cinta. Namun, kadar dari cinta
yang kadang membuat orang-orang lupa dan cenderung menjadi fanatism. Cholil menganalogikan perasaannya melalui lirik yang menggiring kita untuk berfikir bahwa jatuh cinta adalah milik sepasang pemuda dan pemudi. Entah hanya saya saja yang berfikir seperti itu atau tidak, sudut pandang saya sudah dipengaruhi pemikiran seperti itu. Satu yang saya yakin, ERK punya pemikiran yang lebih luas daripada itu. Baiklah, saya akan coba ulik gambaran cinta dalam lagu ini melalui bait-bait liriknya. To be discuss ya, hal yang saya tulis di sini tidak bersifat mutlak.
Kita berdua hanya berpegangan tangan
Tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita
Tak perlu memuji
Bait pertama mengatakan bahwa setiap orang harus membiasakan
diri untuk tidak bersikap berlebihan. Entah pada pasangan atau objek tertentu untuk menghindarkan diri kita dari sikap fanatism dan ketergantungan. Jatuh cinta adalah penggambaran ekspresi yang tidak jauh berbeda dengan perasaan lapar. Bahwa sebenarnya perasaan tersebut dapat dikendalikan sesuai porsi yang dimaui. Berhubung saya Muslim, nih saya kasih tahu kalau ayatnya telah dijelaskan di QS. Al-Maidah : 77. Kurang lebih berbunyi sebagai berikut:
Ehem, lanjut ke bait kedua ya..
Kita berdua tak pernah ucapkan maaf
Tapi saling mengerti
Kita berdua tak hanya menjalani cinta
Tapi menghidupi
Bait kedua terlihat kompleksitas bahwa jatuh cinta adalah penggambaran lain dari toleransi dan hormat-menghormati. Kalimat paling manis dalam lagu ini, menghidupi cinta. Bangke.
Ketika rindu menggebu-gebu
Kita menunggu
Jatuh cinta itu biasa saja
Saat cemburu kan membelenggu
Cepat berlalu
Jatuh cinta itu biasa saja
Bait ketiga dan ke empat adalah sebuah penantian. Penantian
yang setiap orang tahu bahwa konklusinya ditentukan oleh waktu. Saya yakin, apabila pesan dalam bait pertama dan kedua dapat diterapkan, maka proses penantian ini tidak akan menguras energi dan air mata. Maka benar jika jatuh cinta biasa saja. Yang LDR, semangat ya!
Jika jatuh cinta itu buta
Berdua kita akan tersesat
Saling mencari di dalam gelap
Kedua mata kita gelap
Lalu hati kita gelap
Hati kita gelap lalu hati kita gelap
Sudah ya yang ini tidak perlu saya bahas. Silakan tarik kesimpulan masing-masing. Semoga seiring dengan kalimat terakhir yang saya ketik ini, kalian tidak merasa digurui. Haha. Pada dasarnya, sudut pandang adalah hal paling personal yang saya dan kalian miliki. Salam super!
Sukoharjo
14 September 2015
Hahahaah ERKlah yang membuka mata dan telingaku jua, dulu aku jess dan klasik terus. Karna ERK aku tak lagi fanatis karna dia lah aku harus bosan dengan lagu mereka
BalasHapusAku harus bosan dengan lagu ERK
HapusYang sangat indah adalah mereka selalu gelisah dan ingin tak ada pengulangan di setiap karya
BalasHapusYang sangat indah adalah mereka selalu gelisah dan ingin tak ada pengulangan di setiap karya
BalasHapus