Sabtu, 04 Mei 2013

Dari Papa

Dia anak gadisku. Yang setiap aku datang selalu menjemput kepulanganku.

Kini ia tampak tak berseri-seri menyambutku. Matanya sayu, sembab sebelah kirinya. Sepertinya dia kelelahan menungguiku. Aku menjanjikan pulang terlalu pagi. Ketika seharusnya ia masih menikmati selimut tebalnya. Aku harap dia tidak jengkel.

Anak gadisku adalah seorang sulung dari ketiga anak-anakku. Dia kutinggalkan bersama ibunya di sebuah desa kecil untuk sekedar mencari kesibukan di tempat yang jauh dari mereka.

Sebenarnya aku tidak tega. Membiarkan dia beranjak sendiri menghadapi semua perubahan tentang perkara hidup. Tapi aku yakin padanya.
Dia keras kepala sepeertiku. Mungkin salah satu penyebabnya karena kami berada dalam satu naungan zodiak yang sama. Dia pemalas tapi dengan tanpa aku disampingnya, dia mau pergi setiap sebulan sekali bergaul dengan pemuda-pemuda bengkel. Dia mau mengangkat galon, membetulkan raket nyamuk. Dia mau naik ke atas tangga merapihkan genteng, mengganti lampu, sampai mencari bangkai tikus di atap. Mau tidak mau sih..

Aku kasian memikirkannya harus berpusing-pusing dengan pikirannya sendiri tentang masa depan. Aku ingin suatu hari nanti dia tidak mendapatkan teman hidup sepertiku. Dia harus bahagia.

Jika kalian melihatnya, kalian akan menyukainya. Kalian akan mudah mengenalinya. Dia gadis berperawakan kurus dengan sepatu boot klasik dikakinya. Dia tampak kuat dengan bergaya seperti itu.
Kelak di kemudian hari, jika aku tidak lagi mendapati anak gadisku yang selalu datang setiap pagi untuk menjemput kepulanganku, aku tetap akan memintanya menungguiku. Aku suka merepotkannya.

Itu adalah cara untukku berdekatan dengannya. Aku terlalu gengsi untuk sekedar memanjakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar