Minggu, 12 Mei 2013

Judulnya Dia

Dia suka sekali melihat anak-anak menunggu-nunggu kedatangannya. Sekedar untuk bermain layang-layang, atau menemani berjalan sesorean.

Dia datang dengan segala kesenangan di musim hujan. Pelukannya, aromanya, menjadi satu dengan imajinasiku ketika dia sedang menyentuhku.

Aku menikmatinya.

Berada di sekelilingya, mengamatinya bersembunyi dibalik semak daun menjadi satu kebiasaan yang membuatku menyadari kehadirannya. Dia seperti kekasihku, suka sekali membelai rambutku. Rambut hitam ikal sebahu yang sebenarnya sudah ingin sekali aku pangkas.

Namun masih ku urungkan. Entahlah, aku tampak tidak menentu seperti dia. Tidak menentu seberapa besar kecintaannya kepada kami yang menunggunya. Dalam hati aku penuh sesak menanyakan tentangnya, tentang bagaimana dia. Rupanya, hidungnya, matanya. Ya, aku menyukai mata-mata bulat, hidug yang besar dan panjang, seperti hidungku. Tampak berkomedo dan pori-porinya tak dapat disamarkan. Cukup.

Kepada dia yang datang tak menentu, aku ingin seklai menitipkan salam rindu dengan kidung asmara seperti pujangga-pujangga memaknai petikan gitarnya. Untuk beberapa kesempurnaan diujung tak terjamah yang bahkan bayang-bayangnya pun tak dapat aku lihat. Kidung kesayangan dariku karenanya. Siapa dia?

Aku mulai bersalah terlanjur menuliskan beberapa kalimat tentangnya. Seharusnya aku diam saja, tidak secomel ini mengarang segala mengenai dia entah siapa. Kepalang tanggung, aku ingin menyelesaikannya. Mengakhiri sesuatu yang bahkan aku tidak mengetahui mulanya. Jangan diperpanjang, dia bukan siapa-siapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar