Rabu, 23 Oktober 2013

Ha!

Pada pertengahan malam menjelang subuh, seperti biasa, aku masih menenggelamkan pikiranku pada hal-hal abstrak yang tidak bermuara. Tenggelam pada tujuan, masa depan, dan pertanyaan mengenai siapa sebenernya aku.

Hal paling mendasar yang dalam beberapa bulan terakhir terlalu sibuk aku kubur dengan jejal mengenai tujuan. Bukan berarti aku keliru, aku hanya sedikit terlena. Dengan kamu, duniaku. Duniaku yang mana lagi, tentang aku pun masih menjadi pertanyaan besar yang kusampaikan pada paragraf pertama.

Bicara mengenai dunia, aku akan coba memulai mendefinisikan siapa diriku melalui dunia yang sejauh ini menjadi tempat pertautanku dengan sesuatu yang kusebut hidup. Mari coba menebak-nebak, aku bernafas, memiliki buah dada, berjalan dengan dua kaki. Secara umum, dalam bahasa verbal aku layak disebut manusia yang berjenis kelamin wanita.

Hidup tidak melulu berpangkal pada kelamin, aku masih belum puas. Definisi kebendaan tidak akan kuperpanjang lagi. Mengenai jiwa. Sudah mampukah aku untuk berkata lega atas segala yang kusebut pencapaian?

Baiklah, tentang siapa aku. Klise, akan aku analogikan diriku sebagai ulat pemakan daun yang mencoba berproses menjadi kupu-kupu. Fase kepompong, aku belum yakin betul apakah aku sudah mendapatkan formulanya. Proses yang sedang kujalani sepertinya masih saja stagnan pada rambatan-rambatan kecil si ulat bulu. Tiarap.

Tahukah kalian apa yang sedang menjadi kesenanganku? Makan. Makan sebanyak mungkin, itulah mengapa lambat laun aku merasa gemuk. Aku suka sekali makan. Makan apa saja, rakus memang. Aku sedang memilah daun-daun untuk pada akhirnya kujadikan nama belakang  yang kemudian kutulis besar-besar pada pupa kepompongku kelak. Bicara mengenai hasil, aku belum terlalu peduli dengan corak sayapku ketika mengepak-ngepak nanti. Untuk dapat terus makan saja aku sudah sebahagia ini.

Agak norak sih.