Sabtu, 18 Juli 2020

Pengen Malem Mingguan

Baru kali ini gue kepikiran pengen malem mingguan. Jalan ke mall, ke Senopati, nonton, jajan boba, karaoke pokoknya berada di luar rumah ketika malam hari gitu deh. Sekarang mentok ke luar rumah malem-malem angkatin jemuran kering yang lupa didiemin dari siang.

Hari-hari sebelum dunia perbayian ini nggak usah nunggu pengen karena tiap hari udah berasa malem minggu. Pantang pulang sebelum duit abis pokoknya. Hahahah. Mane bis.. ya ngapain pulang buru-buru di kostan kan ya gitu-gitu aja. Kecuali kalau udah capek banget pengen rebahan baru deh tuh pulang. Aduh kangen.

Tempat yang jauh lebih menyenangkan dari Senopati banyak sih namanya juga Bali ya kan tapi.. nggak ada temennyaaaa mau ngajak siapa. Sad. Garing banget kalau mau maksa karaoke berdua sama suami. Selain karena anaknya nggak asik hahahah beda frekuensi soalnya kalau perkara milih cara buat seneng-seneng. Bisa lama putus hilalnya. Keburu malem Selasa. Capricorn maklum. Hahaha. Baik. Stop.

Iya, di sini gue nggak punya temen. Gimana mau bergaul begitu tiba di sini gue langsung brojol abis itu sibuk ngurus bayi. Begitu bayi udah mulai bisa diajak jalan, PSBB. Wassalam. Ini kenapa gue tiba-tiba sering kanten gitu deh sama Jakarta terutama teman-teman gue.

Entah kebanyakan dari mereka merasakan hal yang sama atau enggak, tiap inget mereka gue jadi selalu merasa pengen buat dikangenin balik. Hal itu membuat gue terpacu untuk berusaha menjadi teman yang lebih baik di mata mereka. Jadi teori kalau tiap invididu harus memberi jarak untuk setiap bentuk hubungan adalah benar adanya. Karena badan gue udah nggak di sana, presence gue mesti jadi sesuatu walau cuma virtual. Gue udah punya limit ruang dan waktu. Gue takut dilupain. So sweet kan gue.

Ini apaan sih btw. Tadinya entry challenge kali ini mau gue bikin jadi semacam surat cinta buat teman-teman di Jakarta, tapi aneh banget begitu gue baca paragraf pertamanya. Malah jadi ngeluh-ngeluh doang sekarang isinya kan. Hahaha. Eh tapi nggak apa-apa. Biar gue berasa lagi ngobrol. Amicuuu everyone in Jekardaaaa! 


Jumat, 17 Juli 2020

Sambel Bu Bowok

Gue nggak pernah nyangka kalau gue akan jualan sambel. Setelah melahirkan dan ambit cuti, gue sering takut apabila suatu hari merasa terjebak dan ujung-ujungnya sebel sama keadaan. Gue selalu yakin bahwa hal utama yang harus gue cari sebelum melangkah kemanapun adalah gue mesti tau diri. Tau diri dalam artian bahwa gue mesti mengerti peran gue dalam satu situasi.

Karena berada di lingkungan keluarga 24/7 seeeetiap hari, gue akan menjabarkan peran gue di situ. Di luar diri gue yang adalah gue sendiri, gue adalah seorang Ibu dan seorang Istri. Untuk menunjukkan peran yang gue sebutkan dua terakhir, mudah. Mudah karena validasinya mudah dibentuk dari kacamata orang lain dengan bukti-bukti yang konkrit. Anak gue jadi bukta bahwa gue adalah seorang Ibu. Surat nikah dan suami gue adalah bukti bahwa gue adalah seorang Istri yang diakui negara. 

Bagaimana gue mendapatkan validasi bahwa diri gue adalah gue sendiri tanpa tempelan peran apapun di luar itu?

Gue harus mengatur tujuan yang murni gue mau sebagai tolak ukur aktualisasi diri gue sebagai gue. Improvement di luar gue yang adalah manusia dengan dua tangan dan dua kaki. Sesuatu untuk membuat gue merasa hidup seperti "gue punya tujuan ke/menjadi..." atau "gue mau orang lain juga melihat gue di/sebagai..." yang secara garis besar adalah dengan menjadi individu yang berdaya. Bekerja dan berfikir adalah jalan ninjaku. Halah. Bekerja dan terus berfikir adalah jalan untuk menuju kesana. Gue sudah diakui sebagai produser yang valid. Ilmu yang paling dekat dengan gue adalah ilmu dari profesi tersebut walaupun belom jago-jago amat. Namun, sekarang hal tersebut sedang tidak bisa gue jadikan batu pijakan untuk membuat gue merasa berdaya. 



Menurut definisi dari kamus Oxford di atas, gue tidak mungkin menjalankan yang kedua. Maka yang pertama gue tandain buat jadi acuan untuk bergerak. Gue ganti objek film dengan sambel. Gue adalah produsen sambel. Sekarang tantangan gue adalah membuat hal tersebut valid di mata dunia. Hahaha. Gue sedang berusaha untuk tidak setengah-setengah. Sambel Bu Bowok adalah projek kecintaan yang sedang gue kerjakan.

Doakan gue selalu semangat untuk tetap berdaya ya!

Sambel Bu Bowok sambelnya para bintang, akan selalu hadir walaupun tak diundang. Tapi eh tapi nggak bisa diutang! Bayar! 

Hahahah





Selasa, 14 Juli 2020

Ribet Perkara Go-Food

Hidup serumah sama banyak orang bikin gue mikir berkali-kali kalau mau Go-Food. Jiwa irit alias medit gue mungkin kasih pengaruh juga. Hahaha. Namun lebih dari itu, ada beberapa pertimbangan-pertimbangan yang bikin gue jadi lebih bijak tiap mau Go-Food.

Pertama karena sekarang gue hidup di rumah bersama keluarga. Udah nggak kos sendiri lagi. Artinya, setiap hari makan pagi-siang-malam udah diprovide karena Ibu gue selalu masak. Hal ini jadi pertimbangan utama gue. Berkaca dari diri sendiri, seringnya gue pengen dapet apresiasi sama hal-hal yang gue lakuin. Entah positif atau negatif yang jelas apresiasi bikin gue merasa dihargai. Yang gue selalu bayangkan, gimana ya perasaan gue sebagai Ibu nanti yang udah sengaja masak tapi nggak ada yang makan? Mentok lah pasti gue di sini. Bye ayam geprek.

Kedua masih karena gue hidup serumah bersama keluarga. Komprominya ribet. Kita sama kepala sendiri aja kadang udah pusing milih mau makan apa liat list di Go-Food. Bilang lapernya sejam yang lalu, baru gerak mencet pesen dua jam kemudian. Itu juga seringnya jadi wacana doang ga mesen-mesen. Ini apalagi mesti debat dulu sama Bapak, Ibu, Suami. Ya kalau debatnya perkara mau makan apa, pilih menu, ini ntar panjang nih bisa sampai ngomongin jumlah kalori dan kandungan kolesterol per 100gr lah apa lah.

Ketiga, gue mau lebih sayang sama diri sendiri. Melatih diri untuk bisa lebih bijak lahir dan batin. Bukan jadi anti jajan. Diskusi yang udah kayak mau debat di poin kedua tadi kasih pembelajaran baru buat gue. Dinamika hidup dari lajang menjadi Istri dan Ibu beda 180 derajat. Jiwa irit yang gue tulis di atas ambil peran di sini. Gue mesti upgrade kemampuan managerial gue terutama dari segi finansial. Prioritas gue mesti disusun ulang. Kuantitas gue beli Es Kopi Susu misalnya. Dua cup plus ongkir kalau dikomparasi sama harga popok, bisa dapet satu bungkus isi 40 an. Yang tadinya seminggu tiga kali, bisa stop. Ini bijak lahiriah versi gue. Secara batin, gue terasah untuk jadi lebih kreatif dan produktif. Gue bikin sendiri Es Kopi Susu gue semirip mungkin yang pada akhirnya jadi lebih enak, lebih higienis, dan lebih irit. Langsung deh batin ini bahagia!

Begitulah. Gimana ya nih nutupnya?




Senin, 13 Juli 2020

Playlist Bayiku di Bulan 9: Post Malone


Gue heran kenapa anak-anak gue bisa suka banget sama Circle-nya Post Malone. Pas umur 3 bulan, mungkin mereka terpaksa denger karena memang sengaja gue puterin. Nggg.. 80% gue cekokin, 20% gue puter melulu karena gue bisa tau kalau mereka suka. Ini. Namanya juga ibu dan anak ikatan batin pasti ada. Mantap.


Circle udah kayak lullaby buat anak-anak. Bukan kayak lagi, emang udah jadi lullaby. Awalnya enggak. Gue masih suka humming atau nyanyi-nyanyiin mereka sampai lelap. Tapi lama-lama anak-anak makin pinter. Udah bisa complain kalau bosen denger suara Ibunya. Mereka menolak tidur dan cenderung merengek-rengek. Ajaibnya, begitu gue puter Circle, langsung anteng. Looping baru 2 kali, seringnya udah bobo gemas dengan sendirinya baik itu posisi dipangku, digendong, tiduran pokoknya langsung memantaskan diri untuk tidur. Hahaha memantaskan banget ya bahasa gue.

Beeegitu terus sampai dia umur 10 bulan sekarang ini. List lagu udah nambah, tapi Circle tetap bertahan. Takut nggak sih lo, di saat anak-anak lain denger Mozart buat tidur, anak lo denger lagu yang kalau ditelaah secara lirik kok ya suram amat.

Makin kesini, sedikit banyak gue mulai menemukan jawaban dari semua keheranan ini walaupun bener apa enggaknya masih perlu dikaji lagi. Besok gue ceritain. Ini jadi penting buat gue karena selain Circle, mereka juga mulai menikmati Better Now dan Sunflower. 

Jadi.. misteri apakah yang menyelimuti lagu-lagu Post Malone hingga membuat bayi-bayi gue terbuai?


Jumat, 23 Oktober 2015

Belajar Bisnis: Stage I


Jika dilakukan survey dengan subjek berapa banyak jumlah wanita Indonesia yang dalam kurun waktu sebulan terakhir mengalami pola tidur berantakan, maka saya adalah salah satu yang berada di antaranya.

Sulit tidur di jam tidur normal pada umumnya sering disebut sebagai insomnia. Banyak hal yang menyebabkan insomnia. Kasus yang terjadi pada saya, hal ini lebih dikarenakan perasaan was-was dan kurang merasa percaya diri. Kaitan dari kesimpulan tersebut mengarah pada bisnis yang akan saya jalankan. Hal yang benar-benar menguras pikiran dan waktu tidur saya.

Tidak disangka, starting point ketika hendak memulai bisnis akan sebegini menantangnya. Akan saya bagi pengalaman saya di sini. Yang wajib kamu tahu adalah: Pertama, emosimu akan tampak naik-turun secara drastis jika diilustrasikan dengan kurva. Kedua, sukses adalah tujuan dari semua bisnis. Baiklah, saya akan uraikan melalui beberapa paragraf.

Pertama adalah ketika kamu menemukan ide. Once kamu menemukan ide, kamu akan bahagia setengah mati karena di bayangan kamu semua akan berjalan mulus tanpa hambatan. Hal ini terbentuk karena ekspektasi terhadap hal yang hanya kamu yakini sendiri. To be honest, menjadi percaya diri itu bagus tapi lebih bagus ketika kamu memiliki perasaan bahwa kamu belum terlalu mampu sehingga memiliki keinginan untuk berdiskusi.

Dengan semangat meluap-luap dan fondasi ekspektasimu yang tinggi, kamu mulai gatel ingin menceritakan idemu ke orang lain. Biasanya kamu akan bercerita ke teman yang kamu bakal tahu bahwa dia pasti akan memberikan respon seperti yang kamu harapkan berupa pujian dan asupan semangat. Dalam beberapa hari ekpektasimu berhasil kamu bangun semakin kuat, namun akan ada satu titik dimana kamu merasa tidak begitu yakin dan akhirnya melakukan riset lebih lanjut mengenai idemu. 

Ini adalah tahap yang penting untuk menuju impian suksesmu. Kamu akan mulai mencari tahu dan berkutat dengan issue, branding, market research, dan promo strategies. Banyak yang menyerah di tahap ini dan akhirnya melupakan mimpinya untuk sukses. Tapi, ketika kamu berhasil memecahkan teka-teki dan menemuka keyakinan bahwa ekspektasimu benar-benar akan terjadi maka kamu akan siap untuk tahap selanjutnya.

Perlu digaris bawahi bahwa ada dua tipe teman yang kamu butuhkan. Tipe penyemangat yang sangat mendengarkan apa saja yang kamu katakan dan tipe pematah semangat yang memang menyebalkan sih, tapi di sisi lain merekalah justru yang berpotensi untuk membuatmu lebih detail. Ingat, konteks teman ya. Bukan musuh atau orang asing yang baru saja kenal dan boro-boro punya pengetahuan bisnis. 

Tipe teman ini bisa berasal dari berbagai latar belakang. Akan sangat menguntungkanmu jika mereka punya latar belakang bisnis. Kamu akan mendapatkan banyak pencerahan dari setiap sanggahan yang dia berikan atas ide dan strategi yang telah kamu susun. Mungkin akan sedikit menguras emosi karena kadang kamu akan merasa digurui but fine kalau memang segala apa yang dia katakan menurutmu benar. Berdiskusilah dengan mereka.

Kamu punya ide dan strategi yang sudah kamu benar yakin akan lakukan. Hal selanjutnya yang secara otomatis akan menari-nari di pikiranmu adalah modal. Banyak sumber modal yang dapat kita cari. Sejauh apa kamu mencari investormu, orang tua pasti akan kamu jadikan sasaran presentasi entah untuk mencari modal atau meminta doa restu. Walaupun hanya sepersekian persen modal yang kamu harapkan atau bahkan nol persen, namanya orang tua sampai kapanpun mereka akan menganggap kita sebagai anak-anak. 

Jangan heran jika nantinya, akan ada kerutan di wajah dan nada dari setiap tanggapan mereka yang mewujudkan ekspresi tidak yakin dan cenderung takut ketika kamu selesai mempresentasikan idemu. Wajar. Hasilnya? Tergantung bagaimana kamu meyakinkan kedua orang tua kamu dengan perhitungan yang logis dan rasional. Jangan asal merengek seperti minta mainan ketika kamu masih kecil. Ingat, di sini kalian harus menganggap orang tua sebagai investor. No ngambek dan banting pintu.

Jika tahapan-tahapan tersebut telah dapat kamu lewati maka berbahagialah karena kamu sudah dapat memulai bisnismu. Keberanian adalah hal pertama yang wajib dimiliki oleh setiap jiwa wirausahawan.