Kuncup-kuncup mulai mekar
Kegelisahan terhadap zaman kini mulai menghinggapi helai-helai kemudaannya
Jiwa yang sedari muda terbiasa dibiarkan terkurung di antara kemanjaan dari ibu dan hati keras dari ayah
Kasihan
Kuncup-kuncup mulai mekar
Tekadnya tidak sekekar otot-otot yang mulai tampak dari badannya yang dulu begitu kecil dan gemar kuciumi
Dia rapuh dan kebingungan
Tidak tahu arah angin, tidak melihat di mana sesungguhnya letak matahari
Hanya bias-bias cahaya yang selama ini dihadiahkan pada kulitnya yang kering
Kuncup-kuncup kini mulai mekar
Aku ingin pulang
Mendampinginya tumbuh besar
Menuntun jalannya, menggandeng tangannya, memberitakan padanya bahwa matahari adalah benar panas dan bukan sekedar bias
Untuk Adikku,
Jakarta, 25 Agustus 2014