Kamis, 20 Agustus 2015

Pemburu Dollar

Aku, Si Kulit Merah, berjalan menghampiri sebuah kotak pencetak dollar. Sebelum berhadap-hadapan dengan kotak pencetak dolar, Aku terlebih dahulu menenggelamkan diriku ke dalam lumpur untuk menuju sebuah bilik pengap yang di atap-atapnya terdapat matahari-matahari yang menggantung. Bilik yang di dalamnya menyimpan kotak pencetak dollar.

Lima menit sebelum Aku menujunya, Aku bertanya pada sebuah pohon akasia tua yang tak membuahkan hasil. Kuhitung kancing di kemeja garis-garisku, menekan-nekan lingkarannya untuk menemukan signal menuju kotak pencetak dollar. Tit tit tit tit... muncul bunyi penanda sinyal saat aku berkata "kanan" sambil menekan kancing kedua kemejaku. Berjalanlah Aku menuruti signal penanda sampai menembus kubangan gerbang berlumpur sampai dasar. Benar, sebuah kotak pencetak dollar berjajar melingkar menyisakan ruang di tengahnya untuk menampung pemburu dollar selain Aku.

Matahari-matahari yang menggantung sempat mengurungkan niatku memburu dollar. Kuciumi kembali sisa-sisa wangi dollar dalam dompetku. Semangatku kembali menyala. Aku siap berburu. Ujung panah kuambil dari dalam saku ransel. Siap kulesatkan membobol kotak ajaib di depanku.

“Hey!” Suara setengah berteriak muncul dari belakang. Aku membalik punggung. Ternyata Kamu. Si Kulit Hijau berjakun dengan ransel berisi busur. Kamu juga hendak memburu dollar. Baiklah, persaingan dimulai. Kamu mengelabuiku dengan berondong pernyataan dan pertanyaan. Aku balik menyerang namun tak kunjung membuatku mendekatkan jarak busurku dan kotak di depanku. 

Akhirnya, kugunakan cara lama, mengalah. Kupersilakan Kamu menyongsong dollarmu. Memberi keleluasaan untukmu menarik busur panahmu. Segeralah melunak, pikirku. Dan…. Berhasil! Segera aku menuainya. Kubobol mesin dengan lesatan empat busur panahku. Aku berhasil. Tapi tunggu dulu, Aku masih harus memikirikan cara untuk melewati badanmu yang besar untuk keluar dari bilik pengap ini. Kutengok Kamu kembali yang sedang lengah tepat di belakangku. Aku mundur diam-diam dalam langkah yang halus.

Sekali lagi Aku berhasil. Tak kusangka semudah itu aku melewati Kamu.


Sampai jumpa lagi.

R.M. Tunduno, Bandar Udara Haluoleo, Kendari
20 Agustus 2015