Selasa, 14 Juli 2020

Ribet Perkara Go-Food

Hidup serumah sama banyak orang bikin gue mikir berkali-kali kalau mau Go-Food. Jiwa irit alias medit gue mungkin kasih pengaruh juga. Hahaha. Namun lebih dari itu, ada beberapa pertimbangan-pertimbangan yang bikin gue jadi lebih bijak tiap mau Go-Food.

Pertama karena sekarang gue hidup di rumah bersama keluarga. Udah nggak kos sendiri lagi. Artinya, setiap hari makan pagi-siang-malam udah diprovide karena Ibu gue selalu masak. Hal ini jadi pertimbangan utama gue. Berkaca dari diri sendiri, seringnya gue pengen dapet apresiasi sama hal-hal yang gue lakuin. Entah positif atau negatif yang jelas apresiasi bikin gue merasa dihargai. Yang gue selalu bayangkan, gimana ya perasaan gue sebagai Ibu nanti yang udah sengaja masak tapi nggak ada yang makan? Mentok lah pasti gue di sini. Bye ayam geprek.

Kedua masih karena gue hidup serumah bersama keluarga. Komprominya ribet. Kita sama kepala sendiri aja kadang udah pusing milih mau makan apa liat list di Go-Food. Bilang lapernya sejam yang lalu, baru gerak mencet pesen dua jam kemudian. Itu juga seringnya jadi wacana doang ga mesen-mesen. Ini apalagi mesti debat dulu sama Bapak, Ibu, Suami. Ya kalau debatnya perkara mau makan apa, pilih menu, ini ntar panjang nih bisa sampai ngomongin jumlah kalori dan kandungan kolesterol per 100gr lah apa lah.

Ketiga, gue mau lebih sayang sama diri sendiri. Melatih diri untuk bisa lebih bijak lahir dan batin. Bukan jadi anti jajan. Diskusi yang udah kayak mau debat di poin kedua tadi kasih pembelajaran baru buat gue. Dinamika hidup dari lajang menjadi Istri dan Ibu beda 180 derajat. Jiwa irit yang gue tulis di atas ambil peran di sini. Gue mesti upgrade kemampuan managerial gue terutama dari segi finansial. Prioritas gue mesti disusun ulang. Kuantitas gue beli Es Kopi Susu misalnya. Dua cup plus ongkir kalau dikomparasi sama harga popok, bisa dapet satu bungkus isi 40 an. Yang tadinya seminggu tiga kali, bisa stop. Ini bijak lahiriah versi gue. Secara batin, gue terasah untuk jadi lebih kreatif dan produktif. Gue bikin sendiri Es Kopi Susu gue semirip mungkin yang pada akhirnya jadi lebih enak, lebih higienis, dan lebih irit. Langsung deh batin ini bahagia!

Begitulah. Gimana ya nih nutupnya?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar